Isnatin Ulfah *
http://sastra-indonesia.com/
“Putra ibu, matanya sudah minus 4. Pertumbuhan bola matanya memanjang ke belakang, itu yang membuat pandangannya kabur, karena tangkapan terhadap benda menjadi jauh. Kondisi tersebut sudah bawaan bayi.”
***
Bagai mendengar petir di siang bolong, ketika sang dokter mata menjelaskan kondisi penglihatan si sulung, yang saat itu masih berusia 5 tahun. Dugaan kami, orang tuanya, bahwa ada masalah dengan penglihatannya ternyata benar, bahkan sudah sangat parah untuk anak seusianya. Yang lebih membuat kami shock ialah penjelasan dokter, kalau apa yang dialami si sulung itu bawaan bayi.
Lunglai rasanya tubuh ini. Seketika bumi terasa berputar, pandangan berkunang-kunang. Perih menusuk hati.“Ya Allah, apa salah kami? Mengapa harus buah hati kami yang mengalami? Apa yang mesti kami lakukan, demi menyembuhkan dan mengurangi penderitaannya?”
Sampai beberapa bulan fakta ketidaknormalan penglihatan si sulung membuat kami merasa bersalah. Berbagai informasi tentang mata minus terus kami cari; dari dokter, teman, kerabat, buku, pun berbagai artikel di internet tak henti kami telusuri. Akhirnya mendapati kesimpulan yang mengejutkan sekaligus menyakitkan, bahwa penglihatan si sulung tidak dapat sembuh. Bola matanya akan terus tumbuh memanjang ke belakang mengikuti pertumbuhan usianya. “Ya Allah, di usia 5 tahun saja, putra kami sudah minus 4, bagaimana nanti kalau sudah remaja? Seperti apa penglihatannya dikala dewasa?”
Lalu kami teringat sebuah hadits Rasulallah SAW: “Setiap penyakit ada obatnya, kecuali penyakit pikun dan tua”. Kami tak boleh larut bersedih dan menyerah. Betapapun informasi tentang mata si sulung itu akurat, kami tak patah semangat untuk kesembuhannya, paling tidak membantunya tetap bisa beraktivitas normal dengan keterbatasannya. Doa selalu terlantunkan, begitu juga ikhtiar lewat pengobatan alternatif, tak pernah lelah diusahakan.
Tak kalah penting, terus memberinya semangat agar tegar menjalani aktivitasnya sehari-hari, juga support, guna mau menggunakan kaca mata sebagai alat bantu penglihatannya. Untuk anak seusia dia, memakai kaca mata, pasti tidak nyaman secara fisik pun psikis. “Mas Kafa harus memakai kaca mata ya, biar pelajaran di sekolah tidak ketinggalan. Biar bisa melihat televisi dan tulisan di papan tulis dengan jelas, tanpa harus maju mendekat di depan TV atau papan tulis. Kalau melihat TV dan komputer terlalu dekat, kata dokter, nanti bisa tambah parah matanya”. Kalimat itu berulang-ulang tak bosan kami sampaikan. Terkadang harus merayunya, “kalau pakai kaca mata, mas Kafa tambah cakep lho, terlihat keren seperti orang genius”.
Sesekali, kami kutip kalimat seorang dokter mata di Surabaya yang memeriksanya, kebetulan sang dokter berkaca mata sejak kecil, “Allah memang menakdirkan kita dengan kondisi mata seperti ini, tapi Allah memberi akal kepada manusia, makanya manusia menciptakan kaca mata. Lihat ini bu dokter, meskipun sejak kecil berkaca mata, tapi ketika besar bisa jadi dokter. Jadi, kaca matanya harus selalu dipakai ya…”. Dengan bahasa berbeda, kami kutip kembali kalimat dokter tersebut untuk memotivasinya, bahwa seseorang yang punya kekurangan pun tetap bisa berprestasi asal berusaha. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, si sulung akhirnya percaya diri dengan kaca matanya, meski banyak temannya yang mengolok-olok.
***
Terus meratapi kekurangan si sulung atau menyalahkan Tuhan, bukanlah ciri orang beragama. Allah SWT telah berjanji dalam QS. Al-Baqarah: 186, bahwa: Dia tidak akan membebani hambanya melampaui batas kemampuannya. Kalau saat ini sedang diuji dengan kondisi penglihatan si sulung, itu karena Dia tahu kami mampu menghadapinya. Juga meyakini, Allah punya rencana lain untuk kami. Keyakinan itulah yang membuat bisa mensyukuri apapun yang diberikan, baik maupun buruk.
Sebagai manusia pada umumnya, jika menerima pemberian Allah yang buruk, pasti menganggapnya musibah. Tetapi Allah menjanjikan, selalu ada hikmah di balik musibah, dan janji itu benar-benar terbukti!
Sejak si sulung masuk Sekolah Dasar, kecerdasan intelektualnya mengagumkan. Subhanallah, hafalannya sangat cepat. Tidak butuh waktu lama membaca tulisan di papan tulis pun di buku, cukup mendengarkan penjelasan gurunya pula kami orang tuanya di rumah, dia paham dan hafal apa yang telah dijelaskan. Allah Maha Besar, kekurangan di matanya, diganti dengan kepandaian luar biasa. Kelas 1 dia ranking pertama melampaui prestasi teman-temannya yang secara fisik sempurna. Sampai saat ini dia berada di kelas 4 Sekolah Dasar, dia selalu mendapat prestasi di kelasnya. Pula atas hafalan surat-surat pendek, cepat diterimanya. Kini sudah menyelesaikan hafalan al-Qur’an Juz 30, surat al-Rahman, dan sedang menghafal surat al-Waqi’ah. Fakta ini diamini para guru yang pernah mengasuhnya, mereka mengakui bahwa si sulung anak yang sangat cerdas. Subhanallah…
Hikmah lainnya, lebih ikhlas menerima apapun pemberian Tuhan, sebagai kunci utama hidup di dunia untuk tenang dan damai. Seandainya kami tidak ikhlas, tentu terus meratapi kondisi si sulung hingga menyalahkan takdir-Nya. Ikhlas menuntun menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Salah satu lelaku yang dapat melatih keikhlasan ialah selalu melihat ke bawah yang mendapatkan musibah lebih berat dari kami. Masih banyak orang-orang atas kondisi ekonomi yang memprihatinkan, juga berbeban anak-anaknya yang tidak sempurna, tapi mereka sabar karenanya. Hal itu memotivasi kami, tetap optimis dan selalu bersyukur.
Atas keikhlasan menerima keadaan si sulung, Allah memberi karunia yang melebihi harapan kami, dia menjadi anak yang berprestasi. Sesuai janji Allah dalam QS. Ibrahim,7:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Seandainya penglihatannya normal, belum tentu dapat berprestasi seperti saat ini. Dan ikhlas membuat kami jadi pribadi yang sabar. Sabar, secara sederhana bisa diartikan sebagai habs al-nafs ‘an al-jaza’ (menahan diri dari keluh kesah). Ikhlas membuat kami membentuk pribadi yang enggan berkeluh. Di masa awal si sulung menggunakan kaca mata, sebenarnya tidak hanya dia yang punya beban. Rasa malu, tidak percaya diri, risih, dan seterusnya kerap mengganggu tak hanya baginya, juga kami orang tuanya. Dalam setiap kesempatan, selalu saja kami berhadapan dengan komentar orang yang tak tahu apa itu rabun jauh (miopia), sehingga banyak di antara mereka yang menyalahkan kami atas kondisi si sulung. Yang kurang vitamin A-lah, tak pernah dikasih wortel-lah, terlalu banyak nonton TV, komputer-lah, dan seterusnya. Ya Allah, mereka itu hanya bisa menyalahkan, padahal tidak tahu fakta yang sebenarnya. Sisi ini, kami kembali diuji, bagaimana tetap sabar dan percaya diri memiliki putra yang berkebutuhan khusus. Melihat semangat si sulung saat ini, yang nyaris tak pernah melepas kaca matanya, bahkan disaat tertidur, membesarkan hati kami, bahwa tidak boleh malu apapun yang sudah diberi Tuhan terhadap anak-anak. Dia tetaplah mutiara kami.
Ikhlas juga menuntun kami menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, optimis, dan mau melakukan introspeksi diri. Apa yang sudah diberikan Allah kepada si sulung, bisa jadi merupakan teguran kepada kami. Olehnya, kami harus terus melakukan muhassabah/ introspeksi diri atas kesalahan serta dosa-dosa yang pernah terlakukan, sambil mesti beristighfar, bertaubat, beramal lebih baik dari sebelumnya, demi mengantarkan si sulung meraih keberhasilan di atas keterbatasannya.
***
Jika boleh memilih, tentu memiliki anak-anak yang sempurna fisik pun psikisnya. Jika boleh meminta, tentu keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Tetapi pilihan dan permintaan kita, tak selamanya selaras kehendak-Nya. Allah memiliki rencana dan cara-Nya sendiri, yang kadang tak dapat dimengerti serta diterima oleh hamba-Nya.
Allah mendidik kami menjadi pribadi yang ikhlas, sabar, bersyukur, bertanggung jawab, optimis, dan mau introspeksi diri. Dengan cara ini, Allah menuntun kami agar menjadi orang tua yang senantiasa berdoa dan berusaha. Dalam doktrin Ahlussunnah wal Jama’ah, takdir dapat berubah dengan doa, usaha, serta amal sholeh. Itu yang membuat kami optimis si sulung dapat sembuh. Betapapun ilmu kedokteran sudah menvonis kondisi yang dialaminya tidak bisa sembuh, namun dengan do’a, ikhtiar, dan amal sholeh yang menerus, kami yakin ada pertolongan Allah untuk kesembuhan si sulung. Paling tidak, minusnya tak bertambah parah.
“Ayah, kenapa setiap hari selalu membaca al-Qur’an satu juz?” suatu ketika si sulung menanyakan kepada ayahnya, kenapa ayahnya sehabis sholat selalu membaca al-Qur’an yang jika dihitung sehari mencapai satu juz. “Ayah ingin Mas Kafa matanya bisa sembuh. Insyallah dengan istiqomah membaca al-Qur’an minimal satu juz sehari, ayah khususkan kepada Mas Kafa, Allah memberi rahmatnya untuk Mas Kafa, entah dengan jalan apa, hanya Allah yang tahu”. Begitu argumentasi ayahnya, menjawab pertanyaan si sulung.
Tiada kata purna untuk menjadi pribadi lebih baik, apalagi sebagai orang tua. Harus terus belajar-berusaha. Belajar dari kekurangan yang nyata juga menjadi kelebihannya, dan kami akhirnya sadar, di balik kekurangan selalu ada kelebihan. Kami tak lagi menjadi orang tua yang mudah menyalahkan anak-anak atas kekurangannya, tidak selalu menuntut anak-anak untuk sempurna, dan memarahinya ketika mereka gagal. Tidak ada manusia yang diciptakan sempurna, selalu ada kelemahan dan kekurangan, meski dengan derajat berbeda-beda. Tugas orang tua bukan memojokkan, apalagi membuatnya rendah diri. Sebaliknya, menfasilitasi agar kekurangannya menjadi kelebihannya, menanamkan kepercayaan diri, dan mengantarnya menuju kesuksesan.
“Mas Kafa, belajar yuk…sebentar lagi ulangan kan?” sambil mengingatkan seperti itu, kami sudah siap di meja belajar. Berdasarkan pengamatan, si sulung lebih cepat menangkap pelajaran dengan cara mendengarkan, daripada membaca. Karena itu kami menyediakan diri mendampinginya belajar, membacakan materi dan menanyakan kembali yang sudah dia dengar serta dia kuasai. Dengan ini kami terus mengasah kecerdasannya. Kami mengerti, kenapa dia lemah dalam hal membaca, karena cepat lelah kalau membaca dalam waktu lama.
Tak kalah penting dari itu, prestasi si sulung karena dukungan teman-teman sekelasnya, serta guru-gurunya yang mengerti kondisinya, sehingga bisa menjalankan aktivitas menuntut ilmu di kelasnya dengan nyaman.
***
Anak adalah karunia Allah yang diamanahkan kepada kita, orang tuanya. Allah menguji dengan anak-anak kita, apakah tetap amanah meski punya kekurangan. Kekurangsempurnaan si sulung menyadarkan kami akan arti penting ikhlas, syukur, sabar, tanggung jawab, optimis, dan introspeksi.
Betapapun belum purna, tetapi menjadi pribadi dan orang tua lebih baik, terutama menghadapi anak-anak yang berkebutuhan khusus, haruslah terus menerus kami lakukan. Tak boleh ada kata menyerah, tidak patut ada keluh kesah. Kalau si sulung saja yang menjalaninya bersabar, tabah, serta tetap bisa berprestasi, kenapa kami orang tuanya justru mengeluh? Kenapa justru kami yang malu?
Mengeluh, malu, apalagi menyalahkan keadaan, tidak akan membuat masalah jadi lebih baik. Si sulung dengan keterbatasannya, sangat membutuhkan uluran tangan, maka harus lebih kuat darinya. Kamilah, atas bantuan Allah SWT, akan mengantarnya menuju kesuksesan, amin.
Catatan Kaki:
Dalam ilmu kedokteran, apa yang dialami oleh si sulung ini disebut dengan miopia atau rabun jauh. Miopia ini kebanyakan disebabkan oleh ketidakseimbangan makula yang berarti rabun. Bola mata akan memanjang karena tekanan dua serong otot yang mengikat bola mata di tengah. Karena ketatnya otot yang menekan bola mata, bola mata menjadi memanjang sehingga bola mata sulit melihat benda jauh dengan jelas. Lihat Kebenaran tentang Miopia Para Postur Kanan, (on line), http://id.prmob.net/kerabunan/mata/kacamata-2635649.html. Diakses pada 21 April 2013.
Menurut dr. Hadi Prakoso W, Sp.M, ahli optalmologis dari Jakarta Eye Centre, perkembangan ukuran bola mata sama seperti perkembangan tubuh manusia. Ukuran bola mata bayi lebih kecil ketimbang ukuran bola mata orang dewasa. Hal ini berarti dari masa bayi hingga masa dewasa sebetulnya terjadi perkembangan pada ukuran atau dimensi bola mata. Pada 2 tahun pertama yang sangat berkembang adalah sistem optik di bagian depan mata (segmen depan), yaitu sebesar 60%. Setelah usia 2 tahun seg- men depan masih berkembang tapi sudah tidak begitu pesat.
Segmen belakang, lanjut Hadi, akan tumbuh pesat saat usia anak berkisar antara 4 sampai 15 tahun yang kemudian melambat dan berhenti di sekitar usia 18 tahun. Saat itu, bagian belakang bola mata dimana retina berada makin lama makin panjang sesuai dengan pertambahan usia. Jadi, kalau minus pada mata anak bertambah besar, itu karena jarak retina ke lensa makin panjang sehingga minusnya pun akan bertambah besar. Dengan begitu penambahan minus pada usia pertumbuhan terjadi secara alami. Nah, kondisi miopia rabun jauh yang parah dapat terlihat melalui USG yang memperlihatkan segmen belakang bola mata yang sangat memanjang. Pertambahan minus sebenarnya tidak bisa dicegah. Lihat Elia Rahmani, Ternyata Wortel Tak Bisa Sembuhkan Mata Minus, (on line), http://eliarahmani.blogspot.com/. Diakses 21April 2013.
Daftar Pustaka:
Kebenaran tentang Miopia Para Postur Kanan, (on line), http://id.prmob.net/kerabunan/mata/kacamata-2635649.html. Diakses pada 21 April 2013.
Elia Rahmani, Ternyata Wortel Tak Bisa Sembuhkan Mata Minus, (on line), http://eliarahmani.blogspot.com/. Diakses 21April 2013.
*) Isnatin Ulfah, M.H.I, lahir di Surabaya, 14 Juli 1974 adalah Wali dari Ananda M. Kafabillah Wakila (siswa kelas 4-Umar), Neesa Queen Alexandra, dan Neesa Ratu Farahdiba. Alamat sekarang di Jl. Tunggal Asri RT 03 RW 02 Bareng, Babadan, Ponorogo. Penulis adalah istri dari DR. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/06/belajar-dari-musibah-dan-cobaan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar